Pusing Hadapi Anak yang Susah Makan, Apa Solusinya Dok?
Anak susah makan memang harus mendapat perhatian ekstra dari Parents, sebab bisa mengganggu tumbuh kembangnya.
Anak susah makan memang harus mendapat perhatian ekstra dari Parents, sebab bisa mengganggu tumbuh kembangnya.
Untuk menghindari risiko terseut, simak penjelasan lengkap pakar kesehatan kiat atau tips menghadapi Anak susah makan.
Tanya:
Parents pasti bingung dan stres bila Anak susah makan, karena bisa memengaruhi tumbuh kembangnya jika berlangsung dalam jangka panjang.
Ya, anak yang susah makan terlebih berlangsung terus-menerus akan memengaruhi kondisi fisik dan kesehatannya.
Lantas, apa kiat atau tipsnya menghadapi anak yang susah makan?
Jawab:
Menghadapi anak yang susah makan, dr. Yoga Devaera, Sp.A(K) berpendapat dari Rumah Sakit Universitas Indonesia berpendapat, Parents harus mampu menjadi panutan yang baik untuk anak.
"Sayangnya nggak bisa juga kalau kita mengharapkan anak makan sehat, tapi, keluarganya makannya nggak sehat, nggak mungkin. Jadi, harus ada role model (panutan) dalam keluarga," katanya di Jakarta, belum lama ini.
Selain menjadi panutan, Parents juga tidak boleh menyerah untuk mengenalkan makanan-makanan baru kepada anak.
Jika hari ini anak menolak makanan yang disajikan, Parents, kata dr. Yoga, dapat mencobanya kembali dalam tiga hari atau satu minggu ke depan dengan harapan semakin sering dihidangkan, maka lama-kelamaan anak akan terbiasa.
"Kapan boleh menyerahnya? Kalau sudah lima belas kali mencoba anaknya nggak mau juga, baru itu namanya nggak doyan. Tapi, baru (coba) dua kali, misalnya, setiap dikasih (daging) hati 'nggak mau, nih, Dok'. Nggak boleh menyerah, coba lagi nanti," jelasnya merinci.
Meski begitu, Yoga mengingatkan bahwa membina selera makan anak seharusnya dimulai sejak awal, yaitu sejak anak masih dalam kandungan dan saat fase menyusui.
Nah saat hamil, Moms dianjurkan untuk nggak terlalu memilih-milih makanan yang dikonsumsi.
Keragaman jenis makanan bergizi yang dikonsumsi ibu hamil dan menyusui secara tidak langsung akan mempengaruhi kondisi anak.
"Sehingga sejak dalam kandungan, bayi sudah terbiasa dengan rasa makanan yang dimakan ibunya. Ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa ternyata air ketuban itu ada rasanya, sesuai dengan yang dimakan ibu. Jadi, kalau ibunya terbiasa makan segala jenis makanan tentu pada saat (bayi) makan MPASI (makanan pendamping air susu ibu), dia sudah nggak asing," jelasnya panjang lebar.
Lebih lanjut dr. Yoga menuturkan bahwa anak yang kekurangan asupan nutrisi sesuai kebutuhannya dikhawatirkan dapat mengalami masalah kesehatan.
Dalam jangka pendek misalnya, anak mudah terkena penyakit infeksi yang akan semakin mempengaruhi nafsu makannya yang berkurang.
"Anaknya makin kurus, makin gampang lagi kena penyakit. Jadi itu kayak siklus lingkaran setan, ya, karena memang anak yang punya masalah nutrisi, daya tahan tubuhnya menjadi rendah," imbuhnya.
Sedangkan dalam jangka panjang, lanjut dr. Yoga, anak berpotensi mengalami stunting dengan risiko mengalami kemampuan belajar dan fungsi kognitif yang lebih rendah.
Salah satu upaya pencegahan stunting yaitu dengan melakukan pemantauan pertumbuhan berkala sehingga dapat mendeteksi perlambatan pertumbuhan lebih awal.
Oleh karena itu dr Yoga mengingatkan Parents selalu berkonsultasi dengan dokter anak untuk mendapatkan rekomendasi penanganan yang tepat untuk buah hati.