konsultasi

Jumat, 7 April 2023

Kapan Waktu yang Tepat Deteksi Dini Autisme pada Anak?

Simak penjelasan dari pakar kesehatan anak tentang pentingnya deteksi dini autisme pada anak.


Cahyaningrum
Ilustrasi anak. (Foto: Pexels/Mikhail Nilov)

Simak penjelasan dari pakar kesehatan anak tentang pentingnya deteksi dini autisme pada anak.

Tanya:
autisme atau autism spectrum disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan pada anak yang menyebabkan kemampuan komunikasi dan sosialisasi anak terganggu.

Meski hingga kini penyebab autisme masih belum dikeahui, tetapi risiko terjadinya gangguan autisme dapat meningkat jika ada faktor agenetik dan lingkungan.

Agar bisa ditangani sejak awal, kapan atau sejak usia berapa sebenarnya deteksi dini bisa dilakukan?


Jawab: 
Konsultan Tumbuh Kembang Pediatri Sosial KSM Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K) mengatakan anak dengan gangguan autisme sebenarnya dapat dideteksi sejak dini dengan beberapa cara.

“Deteksi dini itu krusial sekali, jangan dua tahun atau lebih baru menyadari perkembangan anak yang lamban,” jelasnya saat webinar kesehatan, Kamis (7/4/2023).

Jadi sejak usia berapa anak dengan autisme bisa dideteksi?

Dokter Rini menuturkan anak dapat dideteksi sejak usia enam bulan dan dapat dilakukan skrining diagnosis pada usia 18 bulan.

Anak usia enam bulan, kata dia, sudah mampu berinteraksi dengan Parents, salah satunya mengenali nama panggilannya dengan baik.

“Usia enam bulan harusnya sudah bisa berinteraksi, misal apabila dia tidak merespons ketika dipanggil namanya secara terus-menerus ini bisa menjadi salah satu indikasi,” terang Rini.

Selain itu, kontak mata selalu menjadi indikator yang dapat diobservasi oleh Parents.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa anak dengan autisme cenderung menghindari kontak mata dengan orang lain.

Beberapa indikator lain seperti progres kemampuan berbahasa dan bersosialisasi yang lamban perlu diperhatikan.

Kesulitan berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan adalah ciri dari autisme.

Rini juga mengatakan bila Parents telah menemukan beberapa indikasi autisme pada anak, skrining dengan diagnosis lebih lanjut oleh tenaga medis profesional dapat dilakukan.

Umumnya, sambung dia, dokter akan mendiagnosis dengan perangkat Modified Checklist for autism in Toddlers, Revised with Follow-Up (M-CHAT-R/F).

M-CHAT-R/F merupakan alat skrining tahap kedua berdasarkan laporan orang tua untuk mengevaluasi risiko autisme. Skrining ini dapat dilakukan saat anak telah berusia 18 bulan.

“Jangan menyangkal dan menganggap anak kita baik-baik saja, coba untuk move on dan segera meminta pertolongan profesional. Deteksi dini lebih baik kalau ada masalah, agar ada perbaikan supaya anak bisa mandiri di kemudian hari,” jelas dr. Rini panjang lebar.

Meskipun data anak dengan gangguan autisme di Indonesia belum pasti, namun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia dengan tingkat pertumbuhan 1,14 persen dapat diprediksi penderita autis di Indonesia berkisar 2,4 juta orang dengan peningkatan 500 orang per tahun.

Tag Autisme autis