Apa Pentingnya Deteksi Dini Autisme pada Anak?
Parents harus waspada bila melihat perilaku anak aneh atau tak umum di usianya, bisa jadi tanda autisme.
Simak penjelasan lengkap pakar kesehatan anak tentang autisme dan pentingnya deteksi sejak dini.
Tanya:
Sangat penting bagi Parents untuk selalu memantau tumbuh kembang anak sejak usia 0-5 tahun, dimana dalam rentang tersebut merupakan golden age-nya.
Bila Parents melihat perilakunya menunjukkan hal yang tidak umum di usianya, maka perlu diwaspadai, termasuk perilaku aneh yang bisa saja menunjukkana gejala auatisme.
Berbicara soal autisme pada anak yang kasusnya semakin hari cenderung meningkat, sejak usia berapa gejala tersebut bisa dideteksi dan apa pentingnya deteksi dini?
Jawab:
Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), mengatakan perlu deteksi dini gejala autisme, untuk menghindari keterlambatan dalam diagnosis dan intervensi autisme.
"Tanda-tanda autisme yang dapat diperhatikan oleh orang tua, seperti ketika anak sudah berusia 9 bulan namun tidak ada reaksi saat namanya dipanggil atau tidak ada ketertarikan saat diperlihatkan mainan," ujarnya.
Berdasarkan rekomendasi American Academy of Pediatric (AAP), deteksi dini autisme pada anak dapat dilakukan mulai usia 18 dan 24 bulan.
Pada usia 12 bulan, kata Prof Rini, anak menghindari kontak mata atau terlambat bicara, belum dapat menunjuk, lalu saat anak usia 16 bulan selalu mengulang-ngulang satu kata atau tertarik dan terobsesi berlebih terhadap benda atau aktivitas.
Pada usia 24 bulan anak belum dapat mengerti instruksi yang diberikan dan belum ada kata-kata yang diucapkan dengan jelas dan benar.
Anak dengan gangguan spektrum autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan dan perilaku anak yang ditandai dengan terganggunya kemampuan komunikasi, interaksi sosial, serta perilaku berulang atau repetitif tanpa tujuan.
autisme termasuk suatu spektrum gejala yang berarti bahwa gejalanya sangat bervariasi mulai dari yang paling ringan hingga yang paling berat.
Parents harus mulai waspada ketika terdapat perilaku yang tidak biasa atau “aneh” pada anak. Hal ini bisa menandakan adanya gangguan perkembangan anak yang mungkin dapat mengarah ke gejala autisme.
Sesuai definisinya, anak autisme juga tidak suka berinteraksi dengan anak lain atau menunjukkan reaksi yang tidak biasa terhadap suara, bau, rasa, serta penglihatan, dan perabaan.
Selain mengenali gejala dan tanda autisme, terdapat perangkat deteksi yang dapat digunakan oleh orang tua, seperti kuesioner Modified Checklist for Autism in Toddlers-R/F (M-CHAT-R/F) dan beberapa perangkat deteksi lainnya.
deteksi dini oleh Parents secara menyeluruh terhadap perkembangan anak, dapat menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dan dapat diunduh pada laman https://promkes.kemkes.go.id/ buku-kia-kesehatan-ibu-dan-anak.
"Dengan deteksi yang lebih cepat, anak dengan autisme dapat dilakukan intervensi dini agar performa di masa depannya dapat lebih baik," kata Prof. Rini.
Ia menambahkan, intervensi yang lebih awal dan tepat pada anak dengan autisme ini akan memberikan lebih banyak waktu dan kesempatan kepada anak. Intervensi tersebut bertujuan memperbaiki kemampuan komunikasi, kemampuan adaptif, dan perilaku anak.
Prof. Rini jauga menuturkan ada berbagai terapi yang bisa diberikan, dimulai dari terapi sensori integrasi, terapi okupasi, terapi wicara, terapi perilaku, dan aquatic therapy.
Peran Parents dalam penanganan anak autisme sangat penting. Parents dapat menemani dan memastikan interaksi aktif antara anak dan memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai hal, mengurangi waktu screen time pada anak, menyediakan waktu untuk mengantar dan mendampingi anak terapi, mendukung keterampilan perkembangan anak, serta konsisten dan menindaklanjuti program terapi di rumah.
Pada intinya, kata Prof. Rini yang juga merupakan Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang Pediatri Sosial di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Parents harus memerhatikan kondisi perkembangan anak.
Sesuaikan kondisi perkembangan anak dengan milestone perkembangan pada anak seusianya.
"Apabila ada yang tidak sesuai dan mengarah ke gejala autisme, orang tua dapat segera melakukan konsultasi kepada dokter supaya diagnosis dapat segera ditegakkan dan intervensi dini dapat dilakukan. Pada taraf terapi pun, orang tua sangat berperan untuk hasil yang lebih optimal," tutupnya.