Tingginya Angka Stunting Pengaruhi Daya Saing Bangsa, Apa yang Perlu Dilakukan untuk Mencegahnya?
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kurang gizi yang disebabkan oleh faktor.
Hingga kini angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Padahal masalah stunting bisa memengaruhi kualitas individu serta daya saing bangsa, Moms.
Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Drg. Widyawati M.KM mengatakan,berdasarkan studi Status Gizi Indonesia 2021, 1 dari 4 anak lahir dengan kondisi stunting.
stunting terjadi karena dipengaruhi berbagai faktor, seperti kesehatan ibu saat remaja, ketika hamil, pola makan balita yang salah, masalah ekonomi, budaya, serta sanitasi dan akses layanan kesehatan yang sulit.
“stunting ini kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi, terjadinya karena berbagai faktor mulai dari kurang gizi saat remaja, masalah ekonomi, akses layanan kesehatan, dan lain-lain,” ucap Dokter Widyawati dalam webinar Bersama Cegah stunting Melalui Aksi ABCDE, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut ia menuturkan, kasus stunting nggak hanya berdampak pada individu itu sendiri, tetapi juga berdampak pada daya saing bangsa.
Akibatnya, masalah stunting berdampak pula pada hal lain, sebagai berikut.
1. Penurunan kecerdasan
IQ anak stunting rata-rata 11 poin lebih rendah sehingga menyebabkan Indonesia tertinggal dengan negara lainnya.
2. Produktivitas rendah
Anak stunting diestimasi mengalami penurunan kapasitas sebesar 22 persen. Hal ini menyebabkan produktivitas dunia usaha menjadi tidak kompetitif.
3. Risiko terkena penyakit kronis tinggi
Anak stunting memiliki probabilitas kematian tiga kali lipat akibat penyakit-penyakit kesehatan. Hal ini juga membuat bebas kesehatan negara menjadi lebih besar.
Untuk menurunkan berbagai risiko tersebut, dr. Widyawati mengimbau, para tenaga kesehatan (nakes) terus melakukan berbagai cara untuk mengurangi angka stunting di Indonesia, salah satunya melalui aksi ABCDE.
Dengan tagline “Cegah stunting Itu Penting”, aksi ABCDE ini menyampaikan pesan-pesan untuk melakukan pencegahan dengan melakukan berbagai cara, sebagai berikut:
A untuk “Aktif minum tablet tambah darah”
Para remaja putri diharapkan dapat mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) seminggu sekali.
Sedangkan untuk ibu hamil dapat mengonsumsi TTD minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
B untuk “Bumil teratur periksa kehamilan”
Para ibu hamil diminta untuk periksa kehamilan minimal 6 kali. Dalam pemeriksaan tersebut 2 kali menggunakan USG.
C untuk “Cukup konsumsi protein hewani”
Untuk bayi usia di atas 6 bulan diharapkan untuk mengonsumsi protein hewani setiap harinya.
D untuk “Datang ke Posyandu setiap bulan”
Para ibu diminta untuk datang membawa bayinya ke Posyandu untuk melakukan pemantauan pertumbuhan (timbang dan ukur) dan perkembangan, serta imunisasi balita.
E untuk “Ekslusif ASI 6 bulan”
Para ibu juga diharapkan untuk memberikan bayi ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan hingga usianya 2 tahun.
Dengan adanya aksi ABCDE ini diharapkan dapat membantu mengurangi dan menurunkan angka stunting di Indonesia.
Selain itu, masyarakat termasuk Moms n Dads juga bisa lebih memahami informasi dan cara mencegah stunting.