Pakar Herbal Bilang Jangan Berikan Jamu kepada Bayi, Tunggu Berat Badannya Ideal dan Usianya yang Pas
Pakar herbal menegaskan, jangan berikan jamu atau obat alami kepada bayi. Lebih baik balurkan obat gosok.
Moms and Dads, ada pelajaran berharga dari kasus meninggalnya bayi yang baru berusia 54 hari akibat diberi perasan kecipir dan kencur yang dianggap menjadi obat. Meski tergolong obat herbal atau alami, namun sebaiknya hal tersebut jangan diberikan dulu kepada bayi.
Anjuran tersebut seperti disampaikan Pakar kesehatan dari Persatuan Dokter herbal Medik Indonesia dr Richard SN Siahaan, MSi, MARS. Ia menegaskan, bayi jangan diberi herbal atau jamu untuk mengatasi gejala penyakit tertentu.
"Kalau mau ya minyak-minyak (untuk tubuh luar) atau dihirup, minyak esensial. Itu kan lebih aman," katanya.
Lebih lanjut, ia menuturkan, rata-rata penelitian terkait jamu masih praklinis. Jikapun adastudi klinis herbal, itu hanya diperuntukkan untuk orang dewasa, bukan bayi.
"Kalau dewasa, berat badannya itu yang aman 30 kilogram ke atas, itu dianggap dosis dewasa biasa kami kasih. (Kalau) 30 kilogram kurang lebih usia 12 tahun lah ya, masih aman," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, agar tak sembarangan mencoba meracik obat herbal, sebaiknya berpegang pada panduan yang sudah diterbitkan Kementerian kesehatan (Kemenkes).
Diakui Richard, sekarang ini belum banyak literatur yang membahas interaksi antara satu herbal dengan lainnya. Sekali lagi, ia menegaskan agar orang-orang menggunakan panduan meramu jamu yang sudah ada, bukannya meracik sembarangan.
"Pakai ramuan yang sudah ada. Terpercayalah, jangan nyampur-nyampur sendiri," kata dia.
Ia menambahkan, khasiat jamu bukan hanya ditentukan dari pengolahan semata tetapi juga bahan bakunya, cara menanam, jenis tanah yang digunakan untuk menanam bahan itu, waktu panen hingga bagian mana dari bahan itu yang digunakan.
Jadi Moms and Dads, jangan sekali-kali bereksperimen memberikan jamu kepada buah hati yang masih bayi ya, minimal harus diperhatikan usia dan berat badannya.