Kontroversi Permainan Lato-lato untuk Anak, Tepatkah Dilarang?
Permainan lato-lato kini mulai dilarang karena menimbulkan dampak negatif seperti kecelakaan dalam memainkannya. Namun di satu sisi baik untuk mengurangi ketergantungan anak terhadap gadget atau ponsel.
Dalam beberapa waktu belakangan, permainan lato-lapt makin digandrungi anak-anak di tanah air.
Permainan unik yang dimainkan dengan menggunakan dua bandul tersambung dengan tali dinilai cukup mudah, padahal untuk memainkannya butuh konsentrasi dan keseimbangan.
Walau pada awalnya dinilai bisa mengalihkan anak-anak dari kebiasaan bermain gadget, namun kini malah dinilai meresahkan masyarakat. Dari bisingnya suara yang dihasilkan hingga ada beberapa kasus anak yang terluka akibat permainan lato-lato.
Seperti terjadi pada anak perempuan di Kabupaten Sukabumi yang memainkan lato-lato. Anak berusia lima tahun itu dilarikan ke rumah sakit karena luka sobek di bagian bibir terkena lato-lato.
Selain itu, anak di Kalimantan Barat yang diketahui mengalami luka parah pada matanya. lato-lato yang dimainkkannya pecah sehingga serpihannya mengenai matanya.
Alhasil, beberapa daerah pun menerbitkan peraturan daerah yang melarang permainan lato-lato.
Menilik fenomena tersebut, Psikolog UGM, Prof Koentjoro, MBSc, PhD Psikolog, mengatakan jika lato-lato memiliki sisi positif yang bisa dipahami masyarakat.
Salah satunya bisa mengurangi ketergantungan anak untuk bermain gadget.
"Segi positifnya ketergantungan anak pada handphone jadi berkurang. Dulunya waktu untuk main HP sekarang ke lato-lato," katanya seperti dikutip dari laman resmi UGM.
Tak cuma itu, permainan lato-lato juga bisa melatih anak dalam beberapa hal, yakni:
- Melatih konsentrasi
- Ketangkasan fisik
- Kepercayaan diri
- Sosialisasi
- Sarana anak berolahraga yang murah.