Ternyata Minum Teh Bersamaan dengan Makan Besar Tidak Disarankan Dokter, Begini Penjelasannya
Ketua Umum Perhimpunan Hematologi & Transfusi Darah Indonesia Dr dr TB Djumhana Atmakusuma, SpPD-KHOM menyarankan agar mengonsumsi meminum kafein bersamaan dengan makan besar tidak dilakukan.
Kebiasaan makan besar dengan meminum minuman yang mengandung kafein seperti teh, kopi atau susu lazim dilakukan masyarakat Indonesia. Namun, dalam kajian kesehatan ternyata kebiasaan itu tidak baik, terutama bagi pasien defisiensi zat besi.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Perhimpunan Hematologi & Transfusi Darah Indonesia Dr dr TB Djumhana Atmakusuma, SpPD-KHOM. Ia menyarankan kepada masyarakat yang terbiasa mengonsumsi meminum kafein bersamaan dengan makan besar untuk tidak melakukannya. Imbauan tersebut disampaikan, lantaran jika dilakukan bersamaan akan mengganggu penyerapan zat besi dari makanan.
"Pada pasien defisiensi besi kami sarankan tidak makan sambil minum teh atau kopi atau susu," ujarnya dalam Konferensi pers Peringatan Hari Kekurangan zat besi 2022 di Jakarta seperti dikutip Antara pada Rabu (30/11/2022).
Ia merekomendasikan, agar orang-orang menunggu sekitar dua jam setelah makan untuk meminum minuman yang mengandung kafein agar penyerapan zat besi dari makanan tak terganggu.
Menurutnya, cara ini juga ampuh untuk mencegah terkena anemia kekurangan zat besi yang ditandai seperti rambut rontok, kelelahan, kekurangan energi, sesak napas, detak jantung yang tidak teratur, dan kulit pucat.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi anemia meningkat dari 21,7 persen (2013) menjadi 23,7 persen (2018) dari total populasi di Indonesia.
Data juga menunjukkan pada tahun 2018, tiga dari 10 remaja Indonesia menderita penyakit anemia.
Sedangkan 62,6 persen kasus anemia yang terjadi disebabkan kekurangan zat besi.
Untuk mencegah anemia, selain memperhatikan waktu konsumsi kafein, masyarakat diminta mengonsumsi makanan mengandung zat besi dari dari sumber hewani misalnya hati sapi maupun non-hewani seperti sayuran hijau seperti bayam, sawi dan brokoli.
Kemudian, ia juga menyarankan kepada remaja putri yang kekurangan zat besi untuk mendapatkan tablet tambah darah (TTD) atau suplemen zat besi lainnya.
"Preparat besi oral atau suntikan. Yang suntikan diberikan pada pasien yang secara oral tidak bisa konsumsi misalnya karena hamil, mual, muntah. Jangan diberikan pada pasien thalassemia, inflamasi kronik, HIV, lupus sehingga saya sarankan tanya dokter terlebih dulu," katanya.