parenting

Kamis, 1 Desember 2022

Dear Moms, Kenali Lebih Jauh Soal Bullying (1)

Moms, belakangan ini kita sering mendengar atau membaca kasus bullying terhadap anak yang terjadi di sekolah maupun di luar sekolah, lingkungan rumah bahkan cyber bullying (yang diterima korban saat online lewat media sosial).


Nurakhmayani
Foto: Ilustrasi (pexels/Rodnae Production)

Moms, belakangan ini kita sering mendengar atau membaca kasus bullying terhadap anak yang terjadi di sekolah maupun di luar sekolah, lingkungan rumah bahkan cyber bullying (yang diterima korban saat online lewat media sosial).

Tentu sangat memilukan melihat anak Anda mengalami rasa sakit fisik dan emosional sebagai korban bullying

Moms akan bertanya-tanya kenapa anak Anda jadi korban? Apa salahnya? Dan bagaimana menghadapi dan mencegahnya? Nah, yuk kita bahas satu-satu ya Moms.

Organisasi yang menangani masalah kesejahteraan anak sedunia (UNICEF) mengidentifikasi bullying melalui tiga karakteristik berikut: disengaja (untuk menyakiti), terjadi secara berulang-ulang, dan ada perbedaan kekuasaan. 

Seorang pelaku bullying memang bermaksud menyebabkan rasa sakit pada korbannya, baik menyakiti fisik atau kata-kata atau perilaku yang menyakitkan dan melakukannya berulang kali. 

Moms yang memiliki anak laki-laki biasanya lebih mungkin mengalami bullying fisik, seperti mendorong, memukul atau keroyok bersama teman-teman satu geng. 
Sedangkan jika Moms memiliki anak perempuan lebih mungkin mengalami bullying secara psikologis, walaupun jenis keduanya tentu cenderung saling berhubungan.

bullying adalah pola perilaku, bukan insiden yang terjadi sekali-kali. Anak-anak yang melakukan bullying biasanya berasal dari status sosial lebih tinggi atau posisi kekuasaan yang lebih tinggi, seperti anak-anak yang lebih besar, lebih kuat, atau dianggap populer sehingga dapat menyalahgunakan posisinya.

Anak-anak yang rentan menjadi korban bullying  seringkali adalah anak-anak yang berasal dari masyarakat yang terpinggirkan, anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah, anak-anak dengan penampilan atau ukuran tubuh yang berbeda, anak-anak penyandang disabilitas, atau anak-anak migran dan pengungsi.

bullying dapat terjadi baik secara langsung atau online (cyberbullying). 
Cyberbullying biasanya sering terjadi melalui media sosial, SMS / teks atau pesan instan, email, atau platform online tempat anak-anak berinteraksi. Dampak bullying tidak hanya sehari dua hari saja, tetapi dampaknya bisa dibawa sepanjang hidup korban bullying

Menurut Rensi, M.Psi., Psikolog dari UPT PPA Pada Dinas P3APPKB Provinsi Kalimantan Tengah korban bullying cenderung akan mengalami tekanan secara psikologis karena bullying dilakukan berulang-ulang. Bahkan tidak jarang menimbulkan perubahan perilaku, penurunan prestasi belajar, trauma, dan lain-lain.  

Tindakan bullying tidak hanya memiliki dampak negatif terhadap korban saja, namun juga dampak negatif terhadap pelaku. Apalagi pelaku bullying tidak mendapatkan sanksi apapun atas perbuatannya. 

Maka, pelaku bullying akan belajar bahwa tidak ada risiko apapun bagi mereka bila mereka melakukan kekerasan, agresi, maupun mengancam anak lain. Jika dibiarkan hingga dewasa, maka pelaku memiliki potensi lebih besar menjadi pelaku kriminal dan cenderung akan bermasalah dalam fungsi sosialnya.

Tindakan bullying tidak hanya berdampak pada korban dan pelaku saja. bullying juga akan berdampak terhadap orang lain yang menyaksikan ataupun mengetahui perbuatan tersebut. 

Saksi kasus bullying cenderung akan mengalami perasaan yang tidak menyenangkan dan mengalami tekanan secara psikologis. Selain itu, saksi merasa terancam dan ketakutan atau bahkan berpotensi menjadi korban selanjutnya.(bersambung)
 

Tag bullying sekolah perilaku

Terkini