Bahaya Anak Melewati Fase Merangkak, Belajar dari Pengalaman Nycta Gina
Fase merangkak menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam tumbuh kembang anak. Sebab, jika melewati fase tersebut, anak akan mengalami beberapa gangguan dalam perkembangannya.
Beberapa waktu lalu, selebritis Nycta Gina dan suaminya Rizky Kinos membagikan pengalamannya saat merawat anak pertama mereka Panutan Aditya Semesta Tinycta. Dalam video yang ditayangkan dalam akun YouTube KinosGina, Nycta Gina mengakui jika Uta, panggilan untuk anak sulungnya, tidak melalui fase merangkak.
Dalam video tersebut Nycta Gina dianggap terlalu memanjakan sang anak.
"Merangkak itu adalah hal yang cukup penting dalam tahap perkembangan anak. Melewati tengkurap, terus duduk, tapi waktu itu merangkaknya enggak terlalu lama, tapi dia lebih ke merayap," katanya.
Lantaran hal tersebut, Uta saat ini sedang melakukan fisioterapi dengan ahli. Dalam obrolan tersebut, Aisya yang mendampingi Uta mengemukakan, jika Uta belum memiliki koordinasi yang baik.
"Iya, karena saya lihat kalau Uta itu merangkak asal maju saja. Yang penting maju, merangkak, sudah. Koordinasinya masih belum oke. Makanya saya lebih banyak merangkak maju dulu baru mundur. Kenapa? Karena kalau misalnya merangkak majunya saja belum baik, mundur itu kan lebih berat," ungkapnya.
Belajar dari pengalaman tersebut, bayi sebenarnya sudah mulai merangkak saat usianya 8 bulan. Dalam sebuah hasil penelitan juga diungkap sebanyak 85 hingga 96 persen anak-anak merangkak dengan tangan dan lutut mereka.
Lantas apa bahayanya jika bayi melewati fase merangkak?
Dari beberapa sumber terangkum beberapa hal yang terjadi pada bayi jika melewati fase merangkak, yakni:
- Gangguan keseimbangan pada anak
Saat bayi melewati fase merangkak, maka keseimbangan tubuh akan terganggu. Hal tersebut terjadi karena mereka akan kesulitan menopang seluruh berat badannya.
"Merangkak tentu dapat membantu koordinasi karena seorang anak harus menggerakkan lengan dan kaki dalam keseimbangan yang baik agar dapat bergerak maju secara efektif," kata terapis okupasi penasihat medis di Medical Solutions BCN Brittany Ferri seperti dilansir Motherly.
- Anak akan lebih lambat berjalan
Dalam laman Psychology Today, terungkap dalam sebuah penelitian yang menjelaskan jika sekitar 4 hingga 15 persen bayi yang tidak merangkak akan mengalami terlambat berjalan selama sebulan.
"Riset menemukan bahwa anak-anak yang menyeret pantatnya (tidak merangkak) berjalan sekitar sebulan lebih lambat daripada anak-anak yang merangkak tanpa perbedaan untuk bentuk gerakan lainnya," ungkap psikolog klinis, Cara Goodwin.
- Anak akan alami gangguan perkembangan bahasa
Selain lebih lambat berjalan, Cara Goodwin juga mengungkap, adanya hubungan merangkak dengan IQ atau perkembangan bahasa anak.
Dalam studi ini ditemukan hubungan antara melewatkan merangkak dan genggaman pensil yang tidak efisien di masa depan. Namun, Goodwin juga mengungkapkan, jika peneliti menggunakan ukuran genggaman pensil yang tidak standar yang tidak jelas.
"Para peneliti menggunakan ukuran genggaman pensil yang tidak standar dan definisi yang tidak jelas dengan kondisi melewatkan merangkak. Misalnya mereka mengkategorikan bayi yang merangkak kurang dari dua bulan di kelompok bayi yang melewatkan merangkak," jelasnya.