Presiden Jokowi Prihatin Ada Ibu yang Berikan Bayinya Kopi Susu Instan
Presiden Jokowi menganggap serius kasus ibu yang memberikan bayinya kopi susu instan karena dianggap ada susu di dalam kopi sachetan tersebut.
Beberapa waktu lalu, media sosial dihebohkan dengan aksi nekat seorang ibu yang memberikan bayinya kopi susu instan. Aksi tersebut kemudian beredar luas hingga menjadi sorotan kepala negara, Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Video yang beredar di media sosial TikTok milik Adinda sontak mendapat kecaman warganet.
"bayi minum kopi Good Day kan ada susunya, daripada dikasih susu (kental manis) Frisian Flag katanya ndak ada susunya. Kemarin-kemarin bayi BAB (buang air besar) 10 kali sehari, sejak minum susu kopi sekarang dia BAB sembilan kali sehari," tulis Adinda di video TikTok yang memperlihatkan bayinya sedang disuapi kopi olehnya.
Dalam video tersebut, Adinda membagikan postingan tentang "khasiat" pemberian kopi pada anaknya. Tentunya hal tersebut menjadi perhatian khusus, bahkan Presiden Joko Widodo alias Jokowi sempat membahas hal tersebut dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang diselenggarakan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Jakarta pada Rabu 25 Januari 2023.
Jokowi meminta semua pihak harus berhati-hati dengan adanya kasus pemberian kopi susu kepada bayi. Ia bahkan meminta agar seluruh masyarakat, perlu mendapat penyuluhan mengenai pola pengasuhan bayi yang tepat.
"Hati-hati mengenai ini. Maka, sekali lagi yang namanya penyuluhan, penyuluhan, penyuluhan penting. Karena, kata ibunya bermanfaat kopi susu sachet ini, karena ada susunya. Hati-hati," katanya seperti dikutip Antara.
Jokowi menjelaskan kondisi organ dalam seperti ginjal, jantung pada bayi itu belum kuat. Oleh sebab itu, ia mengatakan tidak semestinya bayi diberikan kopi susu.
Presiden juga menyinggung aparat kepolisian yang mendatangi sosok ibu pemberi kopi susu tersebut.
Menurut Presiden Jokowi, seharusnya kader BKKBN dan Posyandu yang pertama kali mendatangi ibu tersebut untuk memberikan penyuluhan.
"Tapi, seharusnya yang bener mestinya kader Posyandu, kader dari BKKBN yang datang ke sana. Karena kecepatan Kapolri mungkin, karena reaksi Kapolri cepat, maka datang lebih cepat dari kader," ujarnya.