Leher dan Ketiak Anak Menghitam Tanda Diabetes, Benarkah?
Simak penjelasan pakar kesehatan tentang leher dan ketiak anak menghitam terkait dengan masalah kesehatan.
Penjelasan pakar kesehatan mengenai leher dan ketiak anak menghitam terkait dengan risiko diabetes atau masalah keseahatan lainnya penting untuk diketahui Parents.
Tanya:
Selama ini banyak parents beranggapan bila leher dan ketiak anak yang menghitam akibat kurang bersih saat mandi.
Namun di sisi lain ada pula yang berpendapat bahwa leher dan ketiak anak yang menghitam bisa menjadi tanda diabetes.
Yang menjadi pertanyaan, benarkah leher dan ketiak yang menghitam merupakan tanda diabetes?
Jawab:
Executive Director of International Pediatric Association, Prof. Aman B. Pulungan, MD, Ph.D, Sp.A(K), FAAP, FRCPI (Hon.) mengatakan, leher dan ketiak yang menghitam atau akantosis nigrikans memang bisa menjadi tanda anak mengidap diabetes.
Bila Parents memiliki anak yang leher dan atau ketiaknya menghitam, dianjurkan untuk segera melakukan cek gula darah anaknya.
Untuk anak yang obesitas atau berat badan berlebih, sambung dia, tubuhnya mengalami resistensi insulin sehingga bisa menyebabkan area ketiak dan leher menghitam.
Nah, deteksi dini sangat penting dilakukan untuk mengetahui apakah hitamnya leher dan ketiak itu, karena diabetes atau bukan.
"Cek minimal 1 tahun atau kalau bisa 6 bulan sekali. Soalnya hampir 75 persen anak dengan leher dan ketiak hitam mengidap diabetes," jelasnya dalam acara media workshop ‘Cegah diabetes Prematur pada Anak dan Remaja’ belum lama ini.
Namun pada anak yang kurus, bila leher dan ketiaknya menghitam bisa terjadi karena masalah hormon pada tubuhnya,
“(kalau kurus) bisa jadi dia ada masalah hormon, tapi kalau anak gemuk dengan akantosis nigrikans, ini dia bisa jadi insulin resistance yang kemungkinan mengalami diabetes melitus tipe 2,” terang Prof. Aman.
Perlu Parents ketahui, saat mengalami diabetes, penderita juga bisa mengalami gejala lainnya seperti banyak makan, minum, buang air kecil, berat badan menurun, hingga kondisi yang lemas.
“Satu lagi, yang tadinya anak itu tidak mengompol, bisa ngompol lagi,” pungkasnya.
