Di Usia Berapa Masa Reproduksi Terbaik Perempuan?
Simak penjelasan lengkap pakar kesehatan tentang masa reproduksi terbaik perempuan.
Simak tanya jawab seputar masa reproduksi terbaik perempuan agar kaum hawa memahami risiko atau konsekuensinya, sehingga bisa melakukan antisipasi.
Tanya:
Menikah terlalu muda atau tertalu matang memiliki risiko bagi kesehatan reproduksi perempuan.
Lantas di usia berapa sebenarnya masa reproduksi terbaik perempuan? Simak penjelasan lengkap dari pakar kesehatan berikut ini.
Jawab:
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi dan reproduksi dr Mila M, Sp.OG(K), FER, PhD mengatakan usia 33 tahun menjadi waktu reproduksi terbaik perempuan, karena setelah itu cadangan ovarium akan semakin menurun.
"Ketika sudah diperbolehkan dari Undang-undang Perkawinan untuk mempunyai anak sekitar usia 20 tahun ke atas, itu adalah masa-masa yang sangat baik untuk bereproduksi. Golden age (masa keemasannya)-nya 33 tahun, lalu akan menurun dengan meningkatnya usia," ujarnya dalam siaran langsung instagram RSCM Kencana, Senin (6/3/2023). ​
Seorang perempuan, lanjut Mila, dilahirkan dengan cadangan ovarium atau sel telur dengan jumlah yang tetap dan tidak akan bisa bertambah sepanjang usia reproduksinya.
Cadangan ovarium mengacu pada jumlah dan kualitas sel telur seorang perempuan, yang sangat erat kaitannya dengan potensi reproduksi.
Saat lahir, perempuan mempunyai sekitar dua juta sel telur, lalu menjelang pubertas atau akan menstruasi jumlahnya menjadi sekitar 450.000 hingga 500.000.
Saat menstruasi, sebanyak 1.000 sel telur akan ikut dalam proses menstruasi walaupun hanya ada satu yang akan berovulasi.
Dengan demikian, sambung Mila, setiap bulan bahkan per tahun cadangan ovarium seorang perempuan pasti akan semakin menurun dan ini akan terus berlanjut.
Inilah sebabnya semakin tinggi usia perempuan maka semakin turun jumlah cadangan ovariumnya.
Data menunjukkan, pada usia 37 tahun cadangan telur tersisa sekitar 25.000.
"Kalau sudah 35 tahun atau 40 tahun kita harus berhati-hati karena yang berkurang bukan hanya masalah jumlah, tetapi, juga kualitasnya akan sangat terpengaruhi dengan makin meningkatnya usia," jelas Mila yang berpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo.
Selain usia, ada juga sejumlah faktor yang dapat menurunkan cadangan ovarium yakni terkait langsung dengan kerusakan ovarium misalnya kemoterapi pada pasien dengan kanker dan adanya kista cokelat yang akan mengurangi jumlah sel telur.
"Kista coklat akan membunuh sel-sel telur besar sehingga terjadi pengambilan berlebihan dari sel telur yang merupakan cadangan ovarium. Makin lama dia akan makin cepat habis sehingga pada usia yang sama, pada pasien dengan endometriosis atau kista coklat, cadangan ovariumnya lebih rendah," urai Mila panjang lebar.
Di sisi lain, stres tidak menyebabkan cadangan ovarium berkurang, tetapi, mungkin terjadinya peningkatan radikal bebas yang tinggi akan mempengaruhi kualitas sel telur.
Mila juga mengingatkan perempuan yang hamil usia 33 tahun ke atas, misalnya 35 tahun, ada risiko masalah kehamilan seperti abortus atau keguguran.
Risiko tersebut bisa terjadi, karena dinding rahim kurang dipersiapkan dengan baik pada awal kehamilan dan terjadinya pre-eklampsia atau perkembangan janinnya yang terhambat.