Ilmuwan AS Ciptakan Alat Pendeteksi Suara Kentut, Ternyata Begini Fungsinya
Alat pendeteksi kentut diciptakan untuk bisa mengenali dan menganalisis suara kentut, urine dan feses yang dikeluarkan seseorang.
Tubuh manusia secara alami akan melepaskan kelebihan gas melalui sendawa lewat mulut dan kentut melalui anus. Terkait dengan kentut atau dalam bahasa medis disebut flatus, dalam sehari seseorng bisa buang angin sebanyak lima hingga 15 kali.
Akan tetapi, frekuensi kentut dalam sehari bisa saja bertambah jika ada masalah pada sistem pencernaan. kentut terkadang mengeluarkan bunyi, tetapi tak jarang juga senyap tanpa suara.
Penyebab kentut berbunyi yakni dorongan kuat dari otot usus yang berusaha untuk mengeluarkan gas. Membahas terkait kentut, sejumlah ilmuwan ternyata telah menciptakan sebuah mesin yang bisa mengenali dan menganalisis suara kentut, urine dan feses yang dikeluarkan seseorang.
Dikutip dari Medical Daily, mesin tersebut dinamakan Mesin Pengujian Reproduksi Akustik Manusia Sintetis atau Synthetic Human Acoustic Reproduction Testing machine (S.H.A.R.T.). Mesin ini merupakan perangkat mekanis dilengkapi pompa, nozel, dan tabung. Alat-alat itu dimaksudkan untuk menciptakan kembali suara fungsi tubuh manusia.
Pencipta mesin S.H.A.R.T. mempresentasikan pekerjaan mereka di Konferensi Fluid Dynamics American Physical Society. Hasilnya belum dipublikasikan dalam jurnal peer-review.
Sejumlah ilmuwan tersebut melatih Artificial Inteligence (AI) untuk mendeteksi dan meneliti suara skatologis sehingga suatu hari nanti dapat membantu dalam mendiagnosis penyakit mematikan seperti kolera dan menghentikan potensi wabah sejak dini.
Dikutip dari Antara, Insinyur dari Georgia Tech Research Institute (GTRI) Maia Gatlin mengatakan, pendeteksian kasus yang lebih cepat akan membantu mengendalikan wabah.
Lantaran itu, sejumlah peneliti ingin menggunakan model AI bersama-sama dengan sensor yang relatif murah dan menggunakannya di daerah yang rentan terhadap wabah penyakit.
Salah satunya suara yang menjadi cara non-invasif untuk menganalisis kondisi usus dari jarak jauh. Sementara pelaporan mandiri tidak terlalu dapat diandalkan, maka peneliti menemukan cara non-invasif yang memungkinkan orang bisa mendapatkan pemberitahuan harus memeriksakan diri atau tidak.
Seperti urine tidak mengalir pada kecepatan yang seharusnya, suara kentut tidak terdengar seperti seharusnya sehingga harus memeriksakan diri ke dokter.
Menurut data, AI dapat mengidentifikasi peristiwa ekskresi yang benar dengan akurasi 98 persen.Para ilmuwan bersikeras agar alat mereka ramah di kantong semua orang, terutama karena proyek ini difokuskan pada daerah perkotaan dengan sistem kesehatan yang lemah.
"Aspek keterjangkauan sangat penting bagi kami," katanya.