Indra Bekti Akui Depresi Setelah Alami Pendarahan Otak, Ternyata Begini Korelasinya
Indra Bekti akui sering emosional dan depresi usai alami pendarahan di otaknya.
Usai mengalami pendarahan pada otaknya, presenter Indra Bekti mengungkapkan depresi yang dialaminya dalam sebuah wawancara yang ditayangkan di kanal YouTube Melaney Ricardo beberapa waktu lalu.
Dalam wawancara tersebut, Bekti juga mengaku sering emosional bahkan membuat buah hatinya menangis. Ia mengakuinya, hal tersebut terkait dengan gangguan penglihatan yang sempat dialaminya.
"Dulu kan kayak gelap, terus lihat sekeliling itu stres karena ini 'Bagaimana sih mau sama anak-anak dan Dila juga', jangan merasa kayak 'Lo tuh sok mengatur gue' begitu, 'Gue bisa kok, gue bisa kok', itu yang ada dalam pikiran gue," katanya.
Bekti mengungkapkan, depresi tersebut merasa dirinya memiliki beban tanggung jawab kepada keluarganya.
"Dan gue depresinya adalah ya itu, gue masih banyak kerjaan lho sebenarnya, begitu lho. Dan gue mesti tanggung jawab sama anak-anak dan istri gue," jelasnya.
Lantas, Bagaimana Kaitan Perdarahan Otak dengan depresi seperti yang Dialami Indra Bekti?
Ahli dari University of Southern California, dr Amythis Towfighi mengungkapkan, kerusakan otak permanen akibat serangan stroke bisa menyebabkan cacat fisik sehingga diperlukan rehabilitasi fisik dan dukungan moril bagi penyintas stroke. Terlebih lagi 1 dari 12 penyintas stroke kerap berpikir untuk bunuh diri.
Ia mengungkapkan, jika depresi berat yang dialami penyintas stroke itu jauh lebih besar dibanding yang dialami pasien serangan jantung atau kanker.
"Dengan terapi yang tepat untuk depresi, pasien akan lebih termotivasi untuk meminum obat, melakukan terapi rehabilitasi dan menjalani kehidupannya seperti semula," katanya.
Untuk diketahui, setiap tahunnya ratusan ribu orang terkena stroke. Di Amerika, sepertiga pasien stroke mengalami depresi, tetapi hanya sedikit yang menunjukkan pikiran untuk bunuh diri.
"Keinginan bunuh diri tidak selalu rencana untuk mati, tetapi bisa juga terpikir mereka tak perlu diselamatkan saat serangan stroke," kata Towfighi.
Sementara itu, mengutip Mayo Clinic, sebagian besar penyintas stroke mengeluhkan gejala depresi dalam tahun pertama pasca terkena stroke. Hal ini bisa terjadi pada segala jenis stroke termasuk stroke hemoragik perdarahan otak.
Bahkan, pakar kesehatan menyebut sejauh ini belum ada penjelasan medis secara pasti terkait hubungan stroke dan depresi. Namun, teori awal menunjukkan respons psikologis terkait stres hingga depresi bisa muncul akibat terisolasi selama sakit.
Orang yang mengalami depresi pasca stroke mungkin mengalami kesulitan pulih dari stroke dan memiliki risiko lebih tinggi untuk kambuh.
Bagaimana Mengatasinya?
depresi umumnya bisa diatasi dengan psikoterapi seperti terapi perilaku kognitif, modifikasi gaya hidup yakni olahraga hingga konsumsi obat antidepresan.
stroke apapun yang menyebabkan kecacatan, isolasi sosial, atau kerusakan otak dapat menyebabkan depresi.
Seseorang mungkin mengalami perubahan emosional akibat kerusakan otak atau menyesuaikan diri dengan tantangan dan kecacatan sosial baru.