Gempa Cianjur Sisakan Trauma Pada Anak, Ini Cara Mengatasinya
Gempa dengan skala 5,6 SR mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada Senin, 21 November siang lalu. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, hingga Kamis (01/12) sebanyak 329 orang tewas, 595 mengalami luka berat dan 11 orang lainnya masih hilang.
Gempa dengan skala 5,6 SR mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada Senin, 21 November siang lalu.
Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, hingga Kamis (01/12) sebanyak 329 orang tewas, 595 mengalami luka berat dan 11 orang lainnya masih hilang.
Gempa bumi serta bencana alam lainnya kerap terjadi di negara yang memiliki banyak gunung berapi dan lautan ini.
Korbannya tak hanya orang dewasa, anak-anak bahkan bayi pun juga menjadi korban dan mereka banyak yang mengalami dampak psikologis, yaitu trauma.
Kondisi tersebut dapat menimbulkan sejumlah gejala ketika seseorang terpicu.
Misalnya seperti keringat dingin, meningkatnya detak jantung, susah berkonsentrasi, serta terganggunya pola tidur normal.
Hal-hal tersebut tak hanya dapat dialami oleh orang dewasa saja, karena anak-anak juga dapat mengalaminya.
Kehilangan orang-orang yang dicintai, teman-teman sebaya, rumah hancur, sekolah hancur, tempat main bersama teman-temannya pun juga ikut hancur, belum lagi syok dengan guncangan yang amat keras.
Kondisi inilah yang menyebabkan trauma, bahkan bukan tidak mungkin kejadian tersebut akan selalu diingat dan membekas seumur hidupnya.
Lalu apa yang harus dilakukan menghadapi anak yang trauma pasca terjadi Gempa?
Dilansir Halodoc, ada 7 cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi trauma pada anak..
1. Yakinkan anak
Meyakinkan anak-anak bahwa mereka akan selalu baik-baik saja. Cara tersebut akan membantu mereka merasa lebih tenang.
Lakukan komunikasi terbuka dengan anak, apa yang ia rasakan, dengarkan anak ketika ia mengeluarkan segala unek-uneknya.
Jangan memarahi mereka saat mereka menangis, karena hal tersebut akan membuat pemulihan pasca trauma menjadi lebih sulit.
2. Tutup akses media
Cara mengatasi trauma Gempa pada anak selanjutnya dapat dilakukan dengan menutup semua akses media, baik media cetak maupun media elektronik.
Sebab, semakin sering mereka menonton atau membaca keadaan pasca Gempa, maka pikiran dan kondisi psikologisnya akan semakin kacau.
3. Biarkan anak mengekspresikan perasaannya
Biarkan anak-anak mengekspresikan perasaan dengan cara apa pun.
Mereka akan berbicara tentang perasaan dan ketakutan mereka untuk mengalihkan rasa cemasnya.
4. Jangan paksa anak bicara
Ketika mereka ingin bercerita, jadilah wadah untuk menampung. Namun, ketika mereka hanya ingin berdiam diri, jangan paksa mereka bicara.
Terus mendesaknya untuk berbicara hanya akan membuat tingkat stres anak meningkat.
Jika ini terjadi, maka mereka bisa saja mengalami gangguan psikologis, seperti depresi.
5. Ajak anak untuk beraktivitas bersama
Hal ini dapat dilakukan ketika anak-anak sudah terlihat tenang dan bisa diajak berkomunikasi.
Setelah itu, ajak mereka untuk beraktivitas, seperti bermain sepakbola, membaca buku cerita, atau menggambar.
Hal ini akan mengalihkan pikirannya pada Gempa yang baru menimpanya.
Biasanya, volunteer yang datang untuk membantu akan menyiapkan posko untuk menghabiskan waktu bersama anak-anak, dan menjadi pilihan yang tepat untuk menjalani trauma healing.
6. Berikan afirmasi positif pada anak
Moms n Dads dapat juga memberikan afirmasi positif pada anak.
Ketika melakukannya, gunakanlah kata-kata yang baik dan membangun.
Jangan ragu untuk memberikan pujian karena anak sudah kuat dan mau berusaha keras menghadapi traumanya.
Yakinkan ke anak bahwa Moms n Dads bangga terhadap mereka.
Bersabarlah ketika mereka melakukan kesalahan.
Selain itu, tunjukkan cinta, dengan menggunakan pelukan, senyuman, kata-kata, dan tindakan peduli untuk menunjukkan cinta.
7. Buat rutinitas keluarga
Rutinitas keluarga juga dapat membantu anak-anak merasa aman dan terjamin. Karena itu, Moms dapat membuat rutinitas yang tepat terkait waktu makan, berolahraga, dan jam tidur malam yang sesuai.
Sebab, rutinitas yang terkendali dapat membantu menjaga kesehatan pikiran dan tubuh anak saat mereka tenang.
Moms n Dads juga dapat mendorong anak untuk mengunjungi temannya.
Ketika anak sudah kembali masuk sekolah, Moms bisa memberitahu pengasuh atau guru anak apa yang telah terjadi.
Hal ini bertujuan untuk membantu mereka mendukung dan merawat anak.
Berbagai reaksi trauma yang ditunjukkan anak akibat Gempa.
Seperti anak kesulitan tidur, mengalami penurunan nafsu makan, takut tidur sendirian, bermimpi buruk, menangis terus-menerus, bahkan menarik diri dari pergaulan.
Ketika anak yang mengalami trauma Gempa dengan gejala-gejala tersebut, anak harus terus dipantau.
Memang trauma pada anak umumnya dapat segera diatasi. Tetapi jika gejala yang mereka alami semakin parah, misalnya sampai tidak mau makan berhari-hari atau selalu teriak-teriak pada malam hari segeralah periksakan kondisi anak ke psikolog.