health

Kamis, 9 Februari 2023

Mengenal Childfree yang Bikin Netizen Terbelah di Media Sosial dari Sisi Kesehatan

Bukan tanpa risiko, menjalani kehidupan childfree ternyata memiliki konsekuensi terhadap kesehatan perempuan.


Yani
Gita Savitri salah satu influencer yang jalani childfree. (Akun IG gitasav)
Gita Savitri salah satu influencer yang jalani childfree. (Akun IG gitasav)

Influencer Gita Savitri baru-baru ini membuat heboh jagat media sosial (medsos) karena membuat pernyataan kontroversi yang menyebut rahasia awet mudanya karena memilih untuk childfree atau tidak memiliki anak.

Pernyataan tersebut viral di media sosial Twitter setelah diunggah oleh akun @NESVERLAND, beberapa waktu lalu. Banyak netizen yang kemudian pro-konta dengan pernyataan perempuan berusia 30 tahun itu yang biasa dikenal dengan sebutan Gitasav.

Namun yang menjadi pertanyaan, apakah itu childfree?

Menurut laman HeylawEdu, childfree mengacu kepada keputusan seseorang ataupun pasangan untuk tidak memiliki keturunan atau tidak memiliki anak. Sementara itu dalam Oxford Dictionary, istilah childfree mengacu pada suatu kondisi di mana seseorang atau pasangan tidak memiliki anak karena alasan yang utama, yaitu pilihan.

Sehingga untuk sementara bisa disimpulkan, bahwa childfree lebih kepada pilihan sadar pasangan atau seseorang untuk tidak memiliki anak atau keturunan.

Lantas bagaimana dampak childfree dari sisi kesehatan?

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo, SpOG(K) pernah mengatakan, jika childfree memiliki sejumlah dampak kesehatan hingga risiko biologis, terutama bagi wanita.

"Seberapa kita mau memenuhi hak kita, tetap perlu diimbangi dengan seberapa dalam kita mempertimbangkan dan memutuskan hak tersebut dengan sudah tahu konsekuensi dan plus-minusnya," katanya seperti dikutip Antara beberapa waktu lalu.

Dari sisi biologis, ia mengatakan kebanyakan wanita yang mengidap tumor dan kanker rahim, merupakan mereka yang tidak memiliki anak atau yang memiliki hanya satu orang anak.

"Mereka yang mengidap tumor rahim, (risiko) lebih cenderung meningkat pada mereka yang nuliparitas (tidak punya anak, atau punya anak satu)," katanya.

Begitu juga dengan tumor dan kanker payudara. Ia mengatakan, tumor dan kanker payudara cenderung banyak menyerang wanita yang tidak menyusui.

Selain itu, ada juga kista endrometrosis, di mana sekitar 30-50 persen wanita yang mengalami endometriosis biasanya juga mengalami gangguan kesuburan atau infertilitas.

Meski endometriosis dapat mengganggu kesuburan, ada beberapa solusi yang mungkin bisa dijalani pasien agar bisa hamil, tergantung pada usia dan tingkat keparahan endometriosisnya.

"Oleh karena itu, jangan anggap kalau tidak punya anak itu bebas dari risiko. Pengetahuan kesehatan reproduksi perlu dibangun, terlebih karena perempuan siklusnya jalan terus; setiap bulan telurnya kecil, membesar, kemudian pecah dan menstruasi," katanya.

Lebih lanjut, ia mengimbau penting bagi wanita yang memutuskan childfree untuk memperkaya wawasan terkait dampak dan risiko bagi tubuhnya.

“Seandainya mereka ingin childfree dan tahu risikonya dan kontrol secara baik, seperti misalnya payudara dikontrol secara rutin, rahimnya di-scanning secara periodik dari penyakit-penyakit yang biasanya datang kepada mereka yang tidak hamil, itu berarti baik karena dilakukan dengan rutin.”

"Hal-hal seperti itu perlu sebagai imbangan pendapat childfree karena terpengaruh oleh emosional, tapi kemudian tidak tahu risiko-risikonya. Itu perlu diingatkan," kata lulusan Fakultas Kedokteran UGM ini.

Tag childfree bkkbn kesehatan wanita gita savitri

Terkini