Tiga Pemain Timnas Prancis Tumbang Diduga Terjangkit Flu Unta, Seberapa Bahaya 'Virus Corona Timur Tengah' Ini?
Flu unta kini menjadi perbincangan hangat, lantaran sejumlah squad Timnas Prancis tumbang karena diduga terjangkit flu MERS-CoV.
Kabar tak sedap datang dari Timnas Prancis yang akan berlaga di laga pamungkas World Cup 2022 melawan Argentina pada Minggu (16/12/2022) malam waktu Indonesia. Pasalnya, tiga pemain andalannya terjangkit virus aneh.
Hal tersebut dikonfirmasi langsung oleh Manajer Timnas Prancis Didier Deschamps. Ia menyebut, gelandang Prancis Adrien Rabiot dan bek Dayot Upamecano terserang penyakit. Upamecano sendiri cepat kembali pulih sehingga bisa mengisi tempat di bangku cadangan pada partai semifinal melawan Maroko.
Tak lama kemudian, Deschamps kembali mengumumkan Kingsley Coman juga sakit.
"Coman juga demam pagi ini. Di Doha, suhunya turun sedikit dan Anda masih menyalakan AC sepanjang waktu. Kami memiliki beberapa kasus gejala mirip flu."
Menurut Deschamps, Upamecano merasa tidak enak badan setelah pertandingan melawan Inggris pada partai perempat final.
"Kami mengambil semua tindakan pencegahan yang diperlukan, kami berusaha memastikan itu tidak menyebar, tetapi virus tentu saja menular dan kami harus mengambil tindakan pencegahan secepatnya."
Sedangkan untuk Rabiot sudah dipindahkan ke sebuah hotel untuk diisolasi. Sejumlah staf Prancis percaya bahwa virus itu adalah kasus sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), yang lebih dikenal sebagai 'flu unta'.
Sebelumnya, Health Security Agency (HSA) menyatakan, orang yang menghadiri pesta bola empat tahunan di negara Timur Tengah tersebut harus diwaspadai. Lantaran berisiko besar terkena flu unta, terutama yang mengalami demam dan sesak napas sepulang dari Qatar.
Dalam beberapa literasi, disebutkan jika flu unta merupakan penyakit pernapasan parah yang disebabkan infeksi middle east respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV). Bahkan flu unta bisa menimbulkan gejala berat yang berujung kematian.
Hampir mirip dengan Covid-19, penularan MERS-CoV tidak secepat dan semasif Virus Corona. Karena flu unta menular melalui kontak dekat, seperti keluarga. Bahkan, penularannya terjadi lewat cairan batuk. MERS-CoV juga bisa menular dari unta ke manusia.
Untuk mengetahui gejala flu unta bisa dilihat beberapa cirinya:
- Batuk
Ciri infeksi MERS-CoV ditandai dengan batuk yang menginfeksi sel-sel di sekitar saluran pernapasan. Seperti telah disampaikan, penularan flu unta salah satunya bisa melalui cairan batuk.
- Demam
Demam menandakan sistem kekebalan tubuh tengah berjuang melawan infeksi MERS-CoV. Virus tersebut berinkubasi pada rentang waktu dari infeksi awal, hingga timbul gejala selama 2 hingga 14 hari di tubuh.
- Sesak Napas
Sesak napas menjadi gejala MERS-CoV yang paling khas. Biasanya kesulitan bernapas yang disebabkan MERS-CoV menginfeksi paru-paru, merusak jaringan di sekitarnya, dan menyebabkan pembengkakan paru. Lantaran itu, akan membuat organ pernafasan kesulitan memasok oksigen dan membuang karbondioksida.
- Pneumonia
Radang paru-paru atau penuemonia bisa berkembang dengan cepat karena terjadi pembengkakan jaringan paru dan minimnya kadar oksigen dalam darah. Akibatnya, cairan, nanah, dan sel mati mengisi paru dan menimbulkan peradangan. Penggunaan alat bantu pernapasan diperlukan untuk membantu pengidap MERS-CoV yang menderita pneumonia.
- Diare
Tak hanya organ pernapasan, MERS-CoV ternyata juga berdampak pada saluran pencernaan. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO), salah satu masalah pencernaan yang bisa dialami pengidap flu unta adalah diare. Menurut Physician One Urgent Care, diare terjadi karena tubuh berusaha cepat mengeluarkan virus.
- Mual dan Muntah
Pengidap flu unta juga ternyata bisa mengalami mual dan muntah. Gejala flu unta ini tak lepas dari efek infeksi MERS-CoV pada saluran cerna.
- Gagal Napas
Dalam kasus yang lebih parah lagi, infeksi MERS-CoV bisa menimbulkan gagal napas karena sistem pernapasan tidak mampu mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh.
Tak hanya itu, gagal napas juga disebabkan tubuh tidak sanggup mengeluarkan karbon dioksida. Akibatnya, seluruh organ tubuh tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga menimbulkan kerusakan jaringan dan organ tubuh. Jika tidak ditangani secara tepat, gagal napas bisa berujung kematian.