Siskaeee Akui Pengidap Hiperseks, Apa Sih Ciri-cirinya?
Hampir di tiap podcast, Siskaeee mengungkap gangguan seksual yang diidap. Dia blak-blakan sebagai pengidap hiperseks atau hiperseksual.
Masih ingat dengan Fransiska Candra atau Siskaeee? Ya, dia adalah mantan narapidana kasus pornografi yang divonis 10 bulan penjara.
Siskaee tersandung kasus pornografi karena video aksi pamer payudara dan kemaluan di Bandara Yogyakarta International Airport (YIA), Kulon Progo, DI Yogyakarta.
Kini, Siskaee telah selesai jalani masa tahanan. Menghirup udara bebas, dia rajin tampil di berbegai podcast.
Hampir di tiap podcast, Siskaeee mengungkap gangguan seksual yang diidap. Dia blak-blakan sebagai pengidap hiperseks atau hiperseksual.
Dilansir dari laman Hellosehat, hiperseks secara medis dikenal sebagai hypersexual addiction atau compulsive sexual behaviour. Ini adalah satu dari beberapa gangguan seksual.
Penghidap hiperseks selalu memiliki dorongan untuk melakukan aktivitas seksual secara berlebihan. Hiperseks uga masuk ke dalam gangguan adiksi atau kecanduan, demikian dilansir dari American Addiction Centers.
Ciri-ciri hiperseks antara lain, pengidapnya bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk melakukan aktivitas seksual. Misalnya, masturbasi, berhubungan seks, menonton film porno, dan membayangkan fantasi seksual.
Penghidap hiperseks bahkan rela mengeluarkan materi atau uang demi bisa menyalurkan hasrat seksualnya.
Mencoba jasa prostitusi, forum seks di internet dan berbagai platform seks berbayar lainnya sangat mungkin dicoba oleh pengidap hiperseks.
Pengidapnya juga bisa mengorbankan keluarga, pekerjaan, atua hubungan sosial lainnya gara-gara kecanduan seks.
Karenanya, pengidap hiperseks pada umumnya tak bisa jalani hidup dengan normal.
Tapi perlu diingat, hiperseks berbeda dengan orang yang punya hasrat sekual tinggi.
Seseorang yang memiliki ciri kecanduan terhadap seks umumnya menunjukkan tanda-tanda hiperseks seperti berikut ini:
- Tidak kunjung mendapatkan kepuasan seksual, meskipun telah melakukan aktivitas seksual dalam waktu lama.
- Terus-menerus menghindari interaksi sosial agar bisa melakukan aktivitas seksual.
- Tidak mampu membatasi diri dalam memenuhi dorongan seksual, seperti terus-menerus berhubungan intim, mengonsumsi pornografi, dan masturbasi berlebihan.
- Sempat berusaha untuk lepas dari obsesi seksual, retapi kerap gagal dan kambuh dalam prosesnya.
- Merasa bersalah dan membenci diri sendiri karena terobsesi dengan aktivitas seksual, tetapi tetap tidak dapat berhenti melakukannya.