Bayi Meninggal Akibat Minum Ramuan Herbal Kecipir, Ternyata Mengandung Racun Sianida

Kasus bayi 54 meninggal setelah diberikan ramuan herbal kecipir dan kencur cukup bikin geger publik beberapa hari terakhir. Terungkap kalau daun kecipir mentah mengandung sedikit zat toksik, yakni sianida.

Hal ini diungkap Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Dr (Cand) dr Inggrid Tania, MSi. Kata dia, zat toksik tak bisa diterima bayi meski jumlahnya sedikit.  

"Umumnya, ramuan tradisional berupa air perasan, misalnya air perasan daun kecipir didapatkan dari daun kecipir yang mentah. Zat toksik ini walau jumlahnya sedikit tentu tidak bisa diterima bayi, sehingga bayi tersebut akhirnya meninggal," kata Tania dilansir dari laman Republika.

Menurut Tania, bayi dibawah enam bulan, terutama yang masih mendapatkan ASI eksklusif, tak boleh diberikan jamu atau ramuan herbal. Sebab sistem pencernaan dan imunitas tubuhnya belum sempurna.

Adapun ada bayi berusia satu atau dua bulan yang boleh makan selain ASI seperti pisang atau perasan kurma, bukan berarti masyarakat bisa menggeneralisasi makanan selain ASI bakal aman untuk semua bayi di bawah usia enam bulan.

Lebih lanjut kata Tania, bayi yang belum berusia enam bulan juga umumnya rentan atau alergi terhadap beberapa jenis makanan. Contohnya kecipir yang masuk dalam golongan kacang-kacangan.

Menurut dia, kecipir kaya akan protein. Hanya saja ini belum bisa diterima oleh bayi di bawah usia enam bulan.

"Dugaan saya bayi tersebut ada alergi terhadap protein kacang-kacangan termasuk kecipir, atau pun bagian tanaman kecipirnya apa itu daunnya, tangkainya, akarnya, tetapi berasal dari satu tanaman yang sama," kata Tania.

Alergi tersebut kata Tania, ditandai dengan sesak napas yang dialami bayi malang itu sebelum meregang nyawa.  

Daun serta bagian tanaman kecipir lainnya juga mengandung asam oksalat dengan jumlahnya yang sedikit. Meski sedikit, zat tersebut kata Tania bisa menyebabkan timbulnya batu ginjal.